ADAT KEBANDAKHAN LAMPUNG PESISIR
Posted by seandanan pada 9 Juli 2011
Menurut cerita turun-temurun, nenek moyang orang Lampung Pesisir/Peminggir berasal dari Lemasa Kepampang Tanoh Unggak atau lebih dikenal dengan Kerajaan Sekala Bekhak yang terletak di lereng Gunung Pesagi.
Setelah kerajaan itu runtuh, mereka menyebar mencari tempat kehidupan yang layak bagi kelangsungan hidup keturunannya. Tempat yang mereka pilih adalah Muara sungai (Muakha) yang ada di tepi laut. Disana mereka mendirikan pemukiman baru dan membentuk sistem pemerintahan adat yang dikenal dengan Bandar (Bandakh).
Dalam sistem pemerintahan adat tersebut (Sebatin kebandakhan), dibagi dalam beberapa kelompok yaitu Suku Dilom (Gedung), Suku Kiri, Suku Kanan dan Suku Tanjakh (Tanjakh = Menyebar). Kepala adat sebatin kebandakhan bergelar Batin/Dalom/Pangeran/Sultan, tergantung lama berdirinya kesebatinan dan jumlah anak buah (jumlah sebatin bawahan).
Sebatin tersebut membawahi 4 suku (Dilom/Gedung, Kiri, Kanan dan Tanjakh) yang diberi gelar Raja (Khaja). Sedangkan seorang Raja didampingi oleh beberapa Raden (Khadin), Minak, Kimas dan Mas. Sedangkan untuk berdirinya kesebatinan baru (bawahan sebatin bandakh) yaitu berasal dari Suku Tanjakh. Suku Tanjakh merupakan suku yang jenjang permukimannya sudah menyebar kepedalaman (membuka lahan permukiman baru yang jauh dari pantai). Sehingga jika kita perhatinkan susunan jenjang permukiman masyarakat Lampung Pesisir akan berbentuk seperti cabang-cabang pohon yang dimulai dari muara sungai.
Kesebatinan yang berdiri didaerah pedalaman (jauh dari muara sungai) sebagian besar lebih muda umur kesebatinannya dari pada kesebatinan bandakh (sebatin bawahan). Mereka yang dipedalaman tidak lagi dikenal dengan Kesebatinan Bandakh, tetapi lebih dikenal dengan Kesebatinan Marga. Tetapi seiring berjalannya waktu pada jaman penjajahan Belanda, nama Kebandakhan sering diganti juga dengan nama Marga.
Sebagai contoh Kesebatinan Bandakh yaitu di daerah Cukuh Balak dan sekitarnya, dikenal dengan “Bandakh Lima” (terdapat 5 kesebatinan Badakh) yang terdiri dari Bandakh Limau, Bandakh Badak, Bandakh Putihdoh, Bandakh Pertiwi dan Bandakh Kelumbayan. Sebagian dari keturunannya menyebar ke daerah pedalaman seperti ke Talang Padang yang dikenal dengan nama “Marga Gunung Alip”; Bulok, Pardasuka, Kedondong, Way Lima dan Sebagian Gedong Tataan yang dikenal dengan nama “Kesatuan Adat Marga Way Lima”; dan Marga-marga lain di Punduh-Pidada dan Padang Cermin. Sehingga sampai saat ini didaerah marga tersebut dikenal nama Selimau, Sebadak, Seputih, Sepertiwi dan Sekelumbayan untuk mengingatkan asal usul mereka dari Cukuh Balak. Sumber: iwatbatin.blogspot.com
SHARE/BAGIKAN INFORMASI KE ORANG LAIN YUK
Terkait
This entry was posted on 9 Juli 2011 pada 10:12 and is filed under Tidak Dikategorikan.
Dengan kaitkata: adat, kebandakhan lampung pesisir, persaudaraan lampung pesisir, seandanan, Sepandayan seandanan.wordpress.com. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed.
You can leave a response, atau trackback from your own site.
Tinggalkan komentar